Monday, September 29, 2008

2 Buku Toge

2 Buku Toge

Seorang teman yang profesinya psikolog bernama Toge Aprilianto menulis 2 buku berjudul menarik; "Kudidik Diriku Demi Mendidik Anakku" dan "Kurangkul Diriku Demi Merangkul Bahagiaku".

KUDIDIK DIRIKU DEMI MENDIDIK ANAKKU
Ajaran yang kita punya,sadar tak sadar akan kita tularkan ke orang-orang sekeliling kita, termasuk anak. Meski, dalam hidup dan interaksi sebagai orang dewasa, kita kerap berbuat di luar ajaran yang kita anut sendiri. Beda di rumah, di hadapan anak dan keluarga, beda di luar rumah. Pasangan yang dikatakan buruk, belum tentu menjadi orang tua yang buruk. Anak yang dikatakan buruk, belum tentu menjadi orang tua yang buruk juga. Seperti itulah.

Well, balik lagi ke bukunya Toge. Bab pertama yang saya buka adalah bab berjudul "sosok dewa baru berjuluk kecerdasan majemuk". Kata Toge, kita cenderung mendewakannya padahal ini bukan hal baru. Kecerdasan majemuk pada dasarnya adalah sesuatu yang sudah ada dalam diri kita sejak lahir. Implementasi kecerdasan majemuk cuma membutuhkan satu syarat: KESEMPATAN!

Lalu? Lalu?

Ada banyak bab-bab dan sub-bab yang menarik dalam buku ini, antara lain: Anakku Yang Unik, Anakku Yang Baik, Cuma yang kosong yang bisa diisi, Motivasi itu alamiah - setiap makhluk punya, dan lain sebagainya.

Menurut kata pengantar dari Psikolog Dra. Astrid Wiratna, percikan-percikan pikiran Toge dalam buku ini, dalam beberapa kategori, bukanlah jenis pikiran biasa yang mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, meski masalah yang dibicarakan sudah sangat kita kenal.

Masalah apa? Masalah yang bagaimana? Harusnya bagaimana?

Baca dan renungkan sendiri, ya...


KURANGKUL DIRIKU DEMI MERANGKUL BAHAGIAKU
Ini adalah buku perenungan Toge soal apa itu kebahagiaan. Bahwa bahagia adalah keinginan semua orang, itu jelas. Riset ilmiah mengatakan bahwa otak belakang kita, sebagai garda depan informasi yang masuk, akan menolak segala sesuatu yang akan menyakiti kita. Akan dilontarkan ke luar sambil informasinya diingat di dalam. Sebaliknya, input yang menyenangkan akan diterima oleh otak belakang dengan senang hati. Mekanisme alam untuk merangkul kebahagiaan.

Suatu hari, saya membaca suatu tulisan ilmiah singkat - Apakah ikan bisa sedih? Apakah sedihnya ikan sama seperti sedihnya Anda dan saya? Apa itu bahagia bagi sang ikan? Bagi saya? Bagi Anda? Bagi Toge? Apakah kita bisa bahagia tanpa memberi sambil menerima? Tanpa merangkul diri kita sendiri?

Saya pribadi percaya bahwa ada benang merah yang membuat hati saya dan semua orang menjadi mirip atau serupa. Kita menangis ketika ditinggalkan, marah ketika dihina, kita merindukan bahagia. Kita tidak perlu diajarkan untuk itu. Akhirnya, saya ingin - mengutip judul bukunya Toge - merangkul diriku demi merangkul bahagiaku.

No comments: