Friday, June 26, 2009

To Kill a Mocking Bird



To Kill a Mocking Bird adalah novel terbesar dan satu-satunya yang ditulis Harper Lee. Berkat kisah indah ini, ia mendapat penghargaan Pulitzer Award 1961 dan dianugerahi Presidential Medal of Freedom 2007, the Highest Civilian Honor, USA.

Sinopsis:
Kehidupan Scout dan Jem Finch berubah total saat ayah mereka menjadi pembela seorang kulit hitam. Ketika Atticus membela seorang yang dianggap sampah masyarakat, kecaman pun datang dari seluruh penjuru kota. Di tengah terpaan masalah yang menimpa keluarganya, si kecil Scout belajar bahwa kehidupan tidak melulu hitam dan putih.

Dikisahkan dari sudut pandang gadis delapan tahun warga Maycomb, Alabama, novel ini akan menunjukkan bahwa sebuah prasangka sering kali membutakan manusia. Dan sebuah keadilan hanya dapat dilahirkan dari rasa cinta yang tak membedakan apa pun latar belakang seseorang. Harper Lee telah berhasil menyuguhkan sebuah novel menawan yang amat berkesan dan tak lekang oleh zaman.(www.bookoopedia.com).

Unduh di boks samping.

Saturday, June 20, 2009

Namaku Merah Kirmizi

Namaku Merah Kirmizi adalah sebuah novel buatan Orhan Pamuk, sastrawan Turki yang pernah mendapat hadiah Nobel pada tahun 2006. Tokoh utama pada novel ini adalah seorang seniman dari Kekhalifahan Usmaniyah. Kejadian bergulir saat seorang pelukis ditemukan terbunuh, seperti tertulis di Bab I (Aku adalah seorang Mayat). Sudut pandang narator novel berubah setiap bab, dan pembaca akan menemukan kata-kata tak terduga dari seorang mayat, koin, dan karpet merah. Novel ini menyampuradukkan ketegangan misteri, cinta, dan teka-teki filosofis, membuka jendela kekuasaan Sultan Murad III pada musim dingin tahun 1591 di Istanbul. Enishte Effendi, paman dari ibu si Hitam, sedang membaca Buku Jiwa karangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Novel dimulai dengan cerita matinya Enishte Effendi dan perjalanan nyawanya. Buku Jiwa sendiri adalah buku yang membahas tentang perjalanan sebuah jiwa ke alam selanjutnya yang dipakai oleh sebagian umat Islam sebagai acuan. Di Buku Jiwa dijelaskan bahwa yang mati dapat mendengar yang hidup.(wikipedia)

Friday, June 12, 2009

Imperium



Kisah dimulai ketika Tiro, sekretaris pribadi senator Romawi, Marcus Tullius Cicero, membuka pintu pada suatu hari bulan November yang dingin dan menemukan seorang pria tua yang ketakutan, penduduk Sisilia yang menjadi korban perampokan gubernur Romawi korup, Verres. Orang itu meminta Cicero mewakilinya menuntut sang gubernur. Namun, bagaimana seorang senator yang tidak kaya, tak dikenal, bahkan dibenci kaum aristokrat, dapat memulai tuntutan terhadap seorang gubernur Romawi yang kejam dan memiliki pendukung di tempat tinggi?
Dengan kecerdasannya, dengan kekuatan suaranya, Cicero mempertaruhkan kasus ini---dan seluruh hidupnya---demi ambisinya meraih jabatan tertinggi di republik Romawi. Imperium yang sesungguhnya.

"Buku ini adalah karyanya yang paling hebat." -- Los Angeles Times

"Novel politik yang diriset dengan teliti... dengan latar belakang era paling menentukan dalam sejarah Romawi kuno." -- Newsday

"Biografi fiksi yang brilian mengenai karakter paling kompleks dan penuh kemenangan." -- Booklist

"Memikat... Imperium sangat teliti, menawan, dan informatif." -- The New York Times
(gramedia.com)

Versi Bahasa Indonesia

Frankenstein


TERBIT pertama kali 11 Maret 1818, Shelley memberi judul novelnya Frankenstein Or the Modern Prometheus. Cerita dimulai dengan surat-menyurat antara R Walton, seorang ilmuwan yang pada awal abad ke-18 menjelajah Kutub Utara dengan adiknya Mrs Saville. Dalam keterasingannya di ujung benua beku, R Walton bertemu dengan manusia yang nyaris mati membeku terapung dalam sebuah kereta es.

Jarak yang memisahkan belahan dunia paling utara - yang beku berselimutkan salju abadi - dengan Inggris yang hiruk-pikuk tidak membuat komunikasi kakak-beradik ini putus. Dari penuturan R Walton inilah aksi dendam membara antara Frankenstein (manusia yang hampir mati beku itu) dengan makhluk berwajah buruk ciptaannya bergulir.
Soal penjelajahan R Walton dalam usahanya mencari dan menemukan ilmu pengetahuan tentang kutub utara, boleh jadi Shelley terilusi gejolak ilmuwan pada masanya atau pada masa Frankenstein "hidup", yang sama-sama menaruh perhatian serta minat dalam membongkar rahasia kebekuan alam kutub. Sekadar menyebut beberapa nama, antara lain Sir John Franklin (1786-1847) penjelajah kutub utara, atau Nathanael Palmer (1799-1877), dan Fabian von Bellingshausen (1779-1852) yang mencoba mencari jalan ke kutub selatan.

Secara sengaja atau tidak, Shelley terkesan telah terjebak dalam cerita berbingkai ala sastra Melayu kuno. Artinya si tokoh bercerita tentang tokoh lain di mana tokoh lain ini juga punya cerita, tetapi ungkapan emosional seperti marah, gembira, putus asa, semangat jiwa, dendam membara, dan segala permainan rasa menemukan bentuknya yang paling menawan, yakni bahasa yang teramat puitis.

Efek psikologis dan ajaran filsafat moral yang dikandungnya amat melelahkan untuk dipahami, tetapi Shelley tidak sekadar mengobral penguasaan bahasa puitisnya (kebetulan Shelley juga seorang penyair). Dalam kalimat-kalimat terpilihnya, ia justru hendak menerangkan makna kehidupan, paling tidak bagi tokoh-tokoh yang terlibat dalam ceritanya.(http://pepihnugraha.blogspot.com/)

Edisi Indonesia, silakan unduh di samping.

Che Guevara - Revolusi Kuba


Che dilahirkan secara prematur di Rosario pada 14 Juni 1928. Sang ayah kemudian memberi nama yang sama dengan dirinya, Ernesto Guevara. Nenek moyang Che dari garis ayah adalah Juan Antonio Guevara. Sedangkan ayahnya adalah keturunan Vieroy Liniers, bangsawan Argentina awal yang berperang melawan diktator Juan Manuel Ramos, tapi gagal dan melarikan diri di pengasingan sekitar tahun 1850 dan berakhir di California.

Pada bulan Maret 1953, Che berhasil menyelesaikan kuliahnya dan mendapatkan gelar Medical Doctor-nya. Tapi, tidak seperti laiknya dokter, Che sama sekali tidak membuka praktik atau pun bekerja di rumah sakit. Che justru pergi dan melakukan perjalanan kembali seperti pernah dilakukan sebelumnya.

Perjalanan inilah yang di kemudian hari mempertemukan Che dengan Fidel Castro. Tepatnya, pada musim panas 1955 di Meksiko, saat Fidel masih dalam pengasingan. Keterlibatan Che dalam revolusi Kuba dimulai. Che menjadi dokter, meski sejak semula menolak dan menganggap dirinya sebagai pejuang. Memang dalam perjalanan selanjutnya keterlibatan Che bukan hanya sebatas mengobati dan merawat prajurit Castro yang terluka, tapi juga memanggul dan memberondongkan peluru ke pasukan musuh.

Peran Che yang demikian ini telah membawanya ke karier militer pasukan Castro dengan cepat. Setelah tiga tahun bergabung, Che sudah menjadi comandante (mayor, pangkat tertinggi dalam pasukan itu). Sampai kemudian Che memberikan kemenangan terhormat bagi rakyat Kuba pada 4 Januari 1959. Che selanjutnya bukan lagi sebagai warga Argentina, tapi jadi warga negara Kuba yang disahkan oleh Dewan Menteri Kuba pada 9 Januari 1959, dan sekaligus menjadikan “Che” yang dalam bahasa Argentina berarti “Bung” atau “Kawan Baik” sebagai nama depannya.

Che akhirnya menemui ajalnya dalam sebuah pertempuran di Bolivia, setelah sebelumnya dia mencurahkan perhatiannya untuk kemajuan Kuba dengan menjabat sebagai Direktur Bank Nasional, Ketua Departemen Perindustrian, selain tentunya menjadi delegasi Kuba dalam berbagai forum internasional. (http://www.doktertomi.com/)


Edisi Indonesia, silakan unduh di samping.

Friday, June 5, 2009

Ronggeng Dukuh Paruk




Sebut lima novel Indonesia terbaik, trilogi "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari pasti masuk daftar. Tapi, tahukah, bahwa novel "Ronggeng" yang selama ini beredar merupakan versi yang sudah dijinakkan oleh penguasa? Belum lama ini, setelah 17 tahun berlalu (pertama kali diterbitkan Gramedia pada 1986-Red.), karya trilogi itu diterbitkan ulang oleh penerbit yang sama menjadi satu buku, lengkap dengan bagian-bagian yang dulu tersensor selama 22 tahun.

"Ronggeng Dukuh Paruk", "Lintang Kemukus Dini Hari", dan "Jantera Bianglala" adalah novel trilogi. Tahun 2002 lalu, Yayasan Lontar menerbitkan trilogi tersebut dalam Bahasa Inggris di bawah judul "The Dancer" tanpa ada bagian yang disensor. Sebelumnya, teks-teks yang hilang dari "Ronggeng" versi Indonesia itu telah terbit di Swedia. Kini, setelah reformasi bergulir, Gramedia baru berani menerbitkan ulang trilogi tersebut, menjadi satu buku berjudul "Ronggeng Dukuh Paruk" dengan mengembalikan bagian-bagian yang dulu hilang. Bagian tersebut tepatnya berada dalam buku "Lintang Kemukus Dini Hari", berupa kisah-kisah yang menggambarkan kekejaman Orde Baru ketika menghabisi orang-orang yang dituduh PKI.

Dalam novel trilogi ini terlukis dinamika kehidupan ronggeng di desa terpencil, Dukuh Paruk, yang semangatnya kembali menggeliat sejak Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun silam. Bagi pendukuhan kecil, miskin, terpencil, dan besahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri.

Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pejabat-pejabat desa maupun kabupaten. Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini.

Pedukuhan itu dibakar. Ronggeng beserta para penabuh calungnya ditahan. Hanya karena kecantikannyalah Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa di penjara. Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srintil sadar akan harkatnya sebagai manusia. Karena itu setelah bebas, ia berniat memperbaiki citra dirinya. Ia tak ingin melayani lelaki manapun. Dan ketika Bajus muncul dalam hidupnya, sepercik harapan timbul, harapan yang makin lama makin membuncah. Tapi, ternyata Srintil kembali terhempas, kali ini bahkan meluluh-lantakkan jiwanya, tanpa harkat secuil pun.

Srintil sudah membuktikan dirinya lahir untuk menjadi ronggeng Dukuh Paruk. Dan meskipun dalam tradisi, seorang ronggeng tidak dibenarkan mengikatkan diri dengan seorang lelaki, namun ternyata Srintil tak bisa melupakan Rasus. Ketika Rasus menghilang dari Dukuh Paruk, jiwa Srintil terkoyak. Srintil tidak bisa menerima keadaan ini, dan berontak dengan caranya sendiri. Sikap ini menjadi faktor penentu dalam pertumbuhan kepribadiannya. Dia tegar dan berani melangkahi ketentuan-ketentuan yang telah lama mengakar dalam dunia peronggengan, terutama dalam masalah hubungan antara seorang ronggeng dengan dukunnya.

Menjelang usai duapuluh kedirian Srintil mulai teguh. Dia bermartabat, tidak lapar seperti kebanyakan orang Dukuh Paruk, dan menampik laki-laki yang tidak disukainya. Rasus sendiri merindukannya dalam dunia angan-angan dan Srintil merasa menang. Sementara dua pengalaman penting menggores lintasan hidupnya. Pertama, ketika dia harus menjalankan peran sebagai gowok. Kedua, ketika pada akhir potongan lintasan hidupnya secara tidak dimengerti oleh Srintil sendiri, ronggeng itu terlibat dalam kekalutan politik pada 1965. Srintil yang bermartabat, cantik, dan masih sangat belia harus berhadapan dengan ketentuan sejarah yang sekali pun tak pernah dibayangkannya.
(www.figurpublik.com)

Unduh di boks samping.