Kisah ini berlatar belakang situasi Jepang di awal abad ke-18. Pada masa itu, Jepang dilanda kekacauan. Istana Shogun yang berada di Edo (sekarang Tokyo), marak dengan pameran kemewahan, korupsi, serta pesta pora. Sama sekali jauh dari aturan sosial. Kesenian makin berkembang, teater popular mulai lahir dan para pedagang semakin berkuasa. Dengan semakin berkuasanya kelas pedagang, maka pengaruh prajurit bayaran atau samurai pun semakin berkurang. Hilangnya pengaruh ini sangat mereka rasakan. Terutama karena para samurai sangat membenci segala sesuatu yang hanya bertujuan mencari keuntungan.
Di tengah perubahan yang membingungkan itu, kekacauan muncul. Para petani dikenakan pajak tinggi oleh Shogun. Saat itu diterapkan pula Undang-undang Pelestarian Hidup yang melarang pembunuhan mahluk hidup (termasuk binatang). Peraturan ini merugikan petani karena tak seorang pun boleh membunuh hama. Hasil bumi jadi merosot sehingga membuat Jepang berada di tepi jurang kehancuran ekonomi.
Tidak semua Daimyo (penguasa wilayah) setuju dengan kebijakan yang diberlakukan oleh Shogun Tsunayosi. Salah satunya adalah Lord Asano, seorang Daimyo dari Aiko yang selalu bersikap kritis terhadap pemerintah.
Lord Asano juga tidak menyukai Kira, seorang pejabat istana yang korup dan selalu memanfaatkan jabatannya sebagai Pemimpin Upacara Istana. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Kira mengutip imbalan dari para daimyo yang belajar tata upacara. Di mata Lord Asano, perbuatan itu bukan hanya tak terpuji, tapi juga mengkhianati nilai-nilai samurai. Sebab, mengajarkan tata upacara sudah menjadi tugas resmi Kira. Apalagi ia sdah diuoah oleh istana. Para daimyo lain rupanya tak sanggup melawan kelakuan Kira. Hanya Lord Asano yang tak sudi mengulurkan sepeser pun uang ke tangan pejabat korup itu. Maka, dia menjadi sasaran intrik-intrik culas Kira yang memuncak pada satu pertemuan di dalam istana Shogun.
Saat upacara kenegaraan di istana berlangsung Kira menghina Lord Asano. Pedang Asano terhunus dan dalam sekali tebas Kira tersungkur. Kira sebetulnya tidak mati, hanya terluka. Tapi, tindakan Asano dianggap sudah jauh melampaui tata krama istana, dan hukumannya adalah mati. Lord Asano ditangkap dan dipaksa melakukan seppukku, yaitu bunuh diri dengan cara merobek perut dengan pedang dan diakhiri dengan kepala yang dipancung. Mati dengan cara seppuku dianggap sebagai kematian yang terhormat.
Setelah Lord Asano wafat, atas perintah Shogun maka kastil dan wilayah kekuasaannya di Ako harus diserahkan pada Shogun. Para samurai pengikut Lord Asano yang dipimpin oleh Oishi tidak menerima kematian yang menimpa pemimpinnya. Dengan kematian Lord Asano, mereka memutuskan menjadi Ronin.
Ronin adalah sebutan untuk samurai yang kehilangan atau terpisah dari tuannya. Dalam tradisi samurai, ronin memiliki derajat dibawah samurai. Bagi seorang ronin hanya ada dua pilihan, yaitu menjadi orang bayaran atau turun pangkat dalam kemiliteran.
Oishi yang menjadi pemimpin para ronin mengumpulkan teman-temannya untuk menentukan strategi balas dendam. Terkumpullah sekitar 300 ronin. Walau dipenuhi semangat untuk membalas kematian tuannya. Oishi tidak larut dalam emosi dan gegabah mengambil tindakan. Ditambah lagi sebelumnya Shogun telah mengeluarkan undang-undang yang melarang pembalasan dendam. Oishi memilih untuk patuh pada undang-undang dan membiarkan kuil diambil alih secara damai sambil mengajukan petisi kepada Shogun untuk menuntut keadilan.
Waktu berlalu tanpa ada kejelasan atas petisi tersebut. Para Ronin hidup secara terpisah dan menjalani kegiatanyna masing-masing. Oishi sendiri hidup bersama seorang geisha dan selalu berada dalam intaian mata-mata Kira. Dua tahun berlalu sejak kematian Lord Asino, tibalah waktu balsa dendam yang sesungguhnya. Setelah melalui ujian waktu dan kesabaran, Oishi berhasil mengumpulkan kawan-kawannya.Jumlah ronin yang terkumpul menyusut. Tinggal 47 orang saja.
Kisah 47 Ronin adalah fiksi sejarah yang ditulis berdasarkan peristiwa nyata yang terjadi di tahun 1185-1868. Pada tahun 1703, sejarah mencatat peristiwa pembalasan dendam paling berdarah dalam sejarah kekaisaran Jepang yang dilakukan oleh 47 ronin pmpinan Oishi Kuranosuke Yoshitaka. Kisah heroik ini kemudian menjadi legenda selama berabad-abad dan ditulis dalam berbagai versi.
Source: http://bookstheresa.blogspot.com
Filenya di kotak samping ya...
No comments:
Post a Comment